Puasa Yang Sempurna Menghasilkan Hati Dan Lisan Yang Lurus
Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al Abbad Al Badr
Al Hakim dan beberapa muhaddits yang lain meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwasanya Nabi Shalllallahu’alaihi Wasallam bersabda:
لَيْسَ الصِّيَامَ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ، وَجَهِلَ عَلَيْكَ فَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa itu bukan hanya dari makan dan minum, namun puasa itu juga dari laghwun (hal yang tidak bermanfaat) dan rafats (semua perbuatan yang buruk). Jika ada orang yang mencelamu atau berbuat suatu kebodohan kepadamu, maka katakanlah: saya sedang berpuasa“[1. Al Mustadrak, 1/595, no. 1570].
Dan juga dikeluarkan oleh Imam Ahmad, sebuah hadits dari Yazid bin Abdillah bin Asy Syikhir dari Al A’rabi, ia berkata: aku mendengar Nabi Shalllallahu’alaihi Wasallam bersabda:
صَوْمُ شَهْرِ الصَّبْرِ وَثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ يُذْهِبْنَ وَحَرَ الصَّدْرِ
“puasa Ramadhan dan puasa tiga hari di setiap bulan (puasa ayyamul bidh) keangkuhan di dada“[2. Musnad Ahmad, no. 23070].
Diantara yang sifat yang agung dan mulia yang menunjukkan sempurnanya keimanan orang yang berpuasa adalah ketawadhu’an mereka serta ketinggian akhlak mereka, berupa hati dan lisan mereka yang lurus terhadap sesama saudara mereka semuslim. Tidak ada kebencian atau kedengkian atau dendam dalam hati mereka. Tidak ada ghibah, namimah, atau fitnah keji yang keluar dari lisan mereka. Bahkan tidak ada dalam hati mereka kecuali kecintaan, kebaikan, kasih sayang, kelembutan dan kedermawanan. Dan tidak keluar dari lisan mereka kecuali kata-kata yang bermanfaat, kalimat-kalimat yang berguna dan klaim-klaim yang jujur. Dan mereka termasuk kalangan orang-orang yang Allah puji dan Allah sucikan mereka dalam firman-Nya:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”” (QS. Al Hasyr: 10).
Rabb mereka menyifati mereka dengan 2 sifat yang agung dan mulia: pertama, yang terkait dengan lisan, Allah katakan bahwa tidak ada dalam lisan mereka terhadap saudara mereka sesama mu’min kecuali nasehat dan doa yang baik, “mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami“. Dan sifat yang kedua, terkait dengan hati. Hati mereka lurus terhadap saudara mereka sesama mu’min, tidak ada perasaan benci, dengki, dendam, fitnah, atau semisalnya.
Lurusnya hati dan lisan adalah ciri yang paling jelas dan bukti paling nyata yang menunjukkan sempurnanya puasa seseorang. Dan dahulu para salaf, mereka menganggap orang yang paling utama di kalangan mereka adalah orang yang paling lurus hati dan lisannya. Iyas bin Mu’awiyah bin Qurrah mengatakan:
كان أفضلهم عندهم – أي السلف – أسلمَهم صدوراً وأقلهم غيبة
“orang yang paling utama di antara mereka (salaf) adalah yang paling lurus hatinya dan yang paling sedikit ghibah-nya” (Diriwayatkan Ath Thabrani dalam Makarimul Akhlak).
Sufyan bin Dinar mengatakan:
قلت لأبي بشير – وكان من أصحاب علي – : أخبرني عن أعمال من كان قبلنا ، قال : كانوا يعملون يسيراً ويؤجرون كثيراً ، قال قلت : ولم ذلك ؟ قال : لسلامة صدورهم
“aku berkata kepada Abu Basyir (ia adalah salah satu murid Ali bin Abi Thalib) : ‘kabarkan kepada saya amalan apa yang biasa diamalkan orang-orang sebelum kita (para salaf)’. Ia berkata: ‘mereka beramal sedikit namun mendapatkan banyak pahala’. Aku bertanya: ‘bagaimana bisa begitu?’. Ia berkata: ‘karena lurusnya hati mereka`” (Diriwayatkan oleh Ibnus Sirri dalam Az Zuhd).
Ramadhan adalah kesempatan emas dan hadiah dari Allah untuk meluruskan hati dan lisan kita dari berbagai macam kotoran dan penyakit. Maka bukanlah inti dari puasa anda itu sekedar mencegah anda dari makan dan minum namun hati anda tidak berpuasa dari hasad dan kebencian kepada sesama hamba Allah. Atau lisan anda tidak berpuasa dari ghibah, namimah, kecurangan, kedustaan, mencela dan memaki. Karena jika demikian keadaannya, maka tidak ada faedah dari puasanya kecuali lapar dan haus saja. Dalam hadits disebutkan:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ
“betapa banyak orang yang puasa, yang ia dapatkan dari puasanya hanya lapar dan haus. Dan betapa banyak orang yang shalat malam, yang ia dapatkan dari shalatnya hanyalah begadang“[5. Musnad Ahmad, 2/374, no. 8842]. Diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu secara marfu’.
Sungguh penyebab utama yang mengantarkan orang-orang pilihan tersebut untuk mendapatkan hati yang lurus adalah kuatnya hubungan mereka dengan Allah dan kuatnya rasa ridha mereka kepada Allah. Ibnul Qayyim mengatakan: “Ridha itu membuka pintu salamah (kelurusan hati dan perilaku). Ridha menyebabkan hati lurus dan bersih dari kecurangan, khianat dan kebencian. Dan tidak ada orang yang selamat dari adzab Allah kecuali orang yang datang menghadap-Nya dengan hati yang lurus. Maka mustahil orang mendapatkan hati yang lurus dengan adanya kemurkaan terhadap Allah dan tidak adanya ridha. Dan setiap kali bertambah keridhaan hamba kepada Allah, maka hatinya semakin lurus. Sedangkan kedengkian, khianat, dan kecurangan, itu pertanda adanya rasa marah kepada Allah. Sedangkan lurusnya hati dan baiknya hati, merupakan pertanda ridha. Demikian juga hasad, ia adalah buah dari rasa marah kepada Allah. Dan lurusnya hati merupakan buah dari rasa ridha kepada Allah” [6. Madaarijus Salikin, pada pasal “manzilatu iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in manzilatur ridha”].
Buah dari lurusnya hati, yang ia sendiri adalah salah satu buah dari ridha kepada takdir Allah, sungguh tidak terhitung dan tidak terhingga. Lurusnya hati adalah kebahagiaan di dunia, kelegaan dan ketenangan. Dan buahnya di akhirat adalah buah yang paling baik, harganya merupakan harga yang terbaik. Dalam sebuah riwayat, Zaid bin Aslam mengatakan:
دُخِلَ عَلَى أَبِي دُجَاَنَةَ رضي الله عنه وَهُوَ مَرِيضٌ – وَكَانَ وَجْهُهُ يَتَهَلَّلُ – فَقِيلَ لَهُ: مَا لِوَجْهِكَ يَتَهَلَّلُ؟ فَقَالَ: مَا مِنْ عَمَلِي شَيْءٌ أَوْثَقُ عِنْدِي مِنَ اثْنَتَيْنِ : كُنْتُ لَا أَتَكَلَّمُ فِيمَا لَا يَعْنِينِي ، وَالْأُخْرَى فَكَانَ قَلْبِي لِلْمُسْلِمِينَ سَلِيمَا
“Saya masuk ke rumahnya Abu Dujanah radhiallahu’anhu ketika ia sedang sakit (namun ketika itu wajanya penuh rasa bahagia). Ada yang bertanya kepadanya: ‘mengapa wajah anda begitu gembira?’. Abu Dujana berkata: ‘tidak ada amalanku yang aku andalkan melainkan dua amalan: sejak dahulu aku tidak pernah berkata-kata yang tidak bermanfaat dan yang kedua, hatiku bersih (lurus) terhadap sesama Muslim`” [7. Thabaqat Kubra, 3/557, Siyar A’lamin Nubala, 1/205, Tarikh Islami karya Adz Dzahabi, 3/ 70].
Dan diantara yang bisa membantu seorang Muslim agar dapat memiliki hati dan lisan yang lurus terhadap saudaranya adalah: kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan memohon kepada-Nya dengan tulus dan ikhlas agar diluruskan hatinya. Serta mengingat-ingat akibat yang baik dan buah yang berkah dari hal tersebut di dunia dan akhirat. Demikian juga mengingat-ingat akibat yang buruk dan buah yang pahit yang dihasilkan dari hati yang penuh kebencian atau dendam atau dengki dan semisalnya.
Terdapat hadits shahih dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dalam doa-doa beliau yang banyak, bahwa beliau meminta hidayah kepada Allah agar diluruskan dan dikokohkan hatinya. Semisal sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا
“Ya Allah, jadikanlah hati ini bertaqwa, dan bersihkanlah ia, sungguh Engkau sebaik-baiknya yang dapat membersihkan hati” [8. HR. Muslim no. 2722, An Nasa’i no. 5460, Ahmad no. 19204].
Dan sabda beliau:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ
“Ya Allah aku memohon perlindungan kepada-Mu dari hati yang tidak khusyuk“[9. HR. At Tirmidzi no. 3482, An Nasa’i no. 5460].
Dan sabda beliau:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai pembolak-balik hati, kokohkan hatiku dalam menetapi agama-Mu” [10. At Tirmidzi no. 2140].
Dan sabda beliau:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ لِي فِي قَلْبِي نُورًا
“Ya Allah, jadikanlah cahaya dalam hatiku” [11. HR. Bukhari no. 6316, Muslim no. 763].
Maka marilah kita manfaatkan bulan yang berkah ini untuk mengobati penyakit hati dan penyakit lisan kita. Dan hendaknya kita bersemangat dengan semangat yang tinggi untuk berusaha membersihkan dan meluruskan hati dan lisan kita. Karena dengan meluruskan kedua hal tersebut, kita menyelamatkan diri kita, agama kita dan dunia kita. Sedangkan merusaknya adalah sama saja merusak agama kita dan dunia kita.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam telah mengajarkan kita doa-doa yang agung yang dibaca oleh seorang Muslim di pagi hari dan di sore hari serta ketika hendak berbaring untuk tidur di malam hari. Dan dalam doa tersebut juga terdapat permintaan perlindungan dari sumber-sumber keburukan yang berasal dari lisan dan hati yang salah satunya menjadi sebab keburukan bagi yang lain, atau keduanya yang menjadi sebab keburukan. At Tirmidzi dan Abu Daud meriwayatkan hadits Abu Hurairah radhiallahu’anhu:
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِكَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ إِذَا أَصْبَحْتُ وَإِذَا أَمْسَيْتُ ؟ قَالَ : قُلْ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ قَالَ قُلْهَا إِذَا أَصْبَحْتَ وَإِذَا أَمْسَيْتَ وَإِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ
“Abu Bakar Ash Shiddiq berkata: wahai Rasulullah ajarkan aku doa yang aku baca di pagi hari dan di sore hari. Nabi menjawab: /Allahumma faathiris samawaati wal ardh, aalimal ghaybi wasy syahaadah, rabba kulli syai’in wa maliikah, asy hadu an laailaaha illa anta, au’dzubika min syarri nafsi wa syarri syaithaani wa syirkih/ (Ya Allah Pencipta langit dan bumi , Yang mengetahui perkara gaib dan yang nampak, Rabb segala sesuatu dan pemiliknya, Aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak untuk di sembah kecuali Engkau, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan jiwaku dan kejahatan setan dan sekutunya). Nabi bersabda: baca doa ini ketika pagi hari dan sore hari dan ketika hendak berbaring (akan tidur)” [12. HR. At Tirmidzi no. 3529, Abu Daud no.5067].
Dan dalam riwayat lain:
وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي سُوءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
“dan (aku berlindung dari) kejahatanku kepada jiwaku atau aku menyeret seorang muslim untuk melakukan kejahatan itu“[13. HR. Tirmidzi no. 3529].
Hadits yang agung mencakup meminta perlindungan dari keburukan, sebab-sebabnya dan akibatnya. Karena semua kejahatan itu bersumber dari jiwa atau dari setan. Maka dalam doa ini kita berlindung kepada Allah dari keduanya: “aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan jiwaku dan kejahatan setan dan sekutunya“. Dan akibat dari keburukan itu, bisa terjadi pada pelakunya atau pada saudaranya Muslim yang lain, maka dalam doa ini kita berlindung dari hal tersebut: “dan (aku berlindung dari) kejahatanku kepada jiwaku atau aku menyeret seorang muslim untuk melakukan kejahatan itu“. Maka doa ini sungguh doa sempurna dan doa yang agung tujuannya dan sangat detail penunjukkannya. Dan sangat baik sekali jika orang yang berpuasa dalam bulan yang berkah ini senantiasa menjaga doa ini dalam dzikir pagi dan sorenya juga ketika hendak tidur, dan juga di sepanjang umurnya.
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu hati yang khusyuk, dan lisan yang senantiasa berdzikir, dan jiwa yang tenang dan taat, dan kami memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukan jiwa kami dan keburukan amal kami, dan kami memohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatan setan dan sekutunya, dan kami juga berlindung dari kejahatan kami kepada jiwa kami atau kami menyeret kaum Muslimin untuk melakukan kejahatan itu.
***
Sumber: http://al-badr.net/detail/YzGBUvPta1
Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.or.id
🔍 Ta`wil, Dzikir Imam Syafi I, Istri Berbakti Pada Suami, Pengertian Bulan Rajab, Dalil Idul Fitri
Artikel asli: https://muslim.or.id/28219-puasa-yang-sempurna-menghasilkan-hati-dan-lisan-yang-lurus.html